Pergeseran Batas Etika di Era Teknologi

Ahmed Albatsa

Apa itu teknologi? Hal ini harusnya diketahui oleh hampir semua umat manusia di masa ini. Mungkin kata “teknologi” tidak banyak diucapkan oleh banyak orang, namun sudah dapat dipastikan kita semua berinteraksi dengan teknologi ini setiap harinya. Teknologi sudah menjadi salah satu pondasi bagi kehidupan manusia sekarang. Tanpa teknologi, sudah bisa dipastikan bahwa manusia akan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Teknologi juga membuat banyak hal yang sebelumnya tidak mungkin, menjadi mungkin dilakukan. Bayangkan seberapa banyak dan kompleks hal yang harus dilakukan seseorang untuk mengetahui kabar kerabat atau temannya yang berada jauh darinya sebelum teknologi ponsel ditemukan. Dengan adanya teknologi, manusia pun mendapat kesempatan, yang sebelumnya tidak mungkin ada.  

Etika, berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos yang berarti tampak dari suatu kebiasaan. Etika biasa dikenal sebagai sebuah aturan yang mengatur tentang perilaku manusia kepada manusia lain. Pada dasarnya etika adalah hal yang menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Siapa yang menentukan? Pertanyaan ini kerap muncul, namun dapat dikatakan bahwa etika adalah sebuah persetujuan, dari anggota masyarakat dalam suatu wilayah tertentu. Bila begitu, dapatkah suatu persetujuan berubah? Dikarenakan manusia senantiasa berubah, entah itu dalam cara berpikir, cara hidup, dan lainnya, maka hal ini menimbulkan pertanyaan dimana apakah persetujuan mengenai etika dapat berubah juga?

Juan Enriquez, seorang akademisi, pengusaha, penulis, dan pembicara membeberkan pemikirannya dalam konferensi TED mengenai bagaimana teknologi merubah cara kita memperlakukan etika. Konferensi TED tersebut mencakup dari apa itu etika, siapa yang mengajarkan etika, dan bagaimana etika yang pada dasarnya adalah sebuah pandangan benar atau salah, berubah menjadi sebuah spektrum di masa sekarang dimana tidak ada yang benar-benar salah dan tidak ada yang sepenuhnya benar. Juan mengatakan bahwa banyak hal yang semasa dirinya kecil dilarang sepenuhnya berdasarkan etika, namun di masa sekarang menjadi hal yang sama sekali normal dan tidak ada yang mempermasalahkan sama sekali.

Gambar 1.0 Juan Enriquez pada TED Talks (Sumber: ted.com)

Pandangan Juan mengenai perubahan etika seiring dengan berkembangnya teknologi, membuka pikiran kita sebagai manusia bagaimana cara kita memandang etika. Lalu timbulah kembali pertanyaan, apa itu etika sekarang? Etika bukan lagi hal yang mutlak dipandang benar atau tidak benar, melainkan adalah sebuah ide yang mana bisa berubah-ubah sesuai dengan apa yang tepat untuk ditetapkan pada sekelompok manusia di masa tertentu. Mari kita lihat contoh yang sangat umum dibicarakan, yaitu privasi. Apa itu privasi di masa sekarang? Privasi merupakan salah satu isu etika di masa sekarang. Semenjak internet ditemukan, privasi sudah menjadi sebuah isu yang menimbulkan banyak pertanyaan. Di dunia nyata, dunia yang kita jalani sehari-harinya, privasi mungkin masih terjaga dan setiap orang memiliki hak nya masing-masing. Namun, bila kita menambahkan teknologi ke masalah ini, maka hal ini menjadi jauh lebih kompleks, karena kita tahu setiap gawai yang kita miliki senantiasa merekam aktivitas kita untuk kemudian di simpan oleh suatu pihak yang kemudian akan menjualnya kembali ke pihak lain. Bila kita jabarkan seperti itu, maka hal tersebut jauh dari kata etika. Tentu hal ini sudah banyak menjadi perbincangan dan banyak gerakan-gerakan sebagian kelompok yang menentang kegiatan transaksi data yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi ini, namun nyatanya, kebanyakan dari pengguna internet nampaknya tidak terganggu akan hal ini. Banyak yang beranggapan bahwa selama yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini tidak mengganggu mereka secara langsung, dan dapat memudahkan mereka dalam menggunakan internet maka hal itu dapat diterima sepenuhnya. Apakah menukarkan etika dengan kemudahan dalam hidup kita sekarang dapat diterima?

Pihak-pihak yang mengambil data kita secara konstan hanyalah satu dari banyak sisi masalah privasi yang ada pada era teknologi sekarang ini. Kita, sebagai pengguna internet terkadang malah menjadi pelaku penyimpangan etika. Hal ini dikarenakan siapa pun bisa menjadi siapa saja disaat ia berada di internet. Internet bertindak sebagai masker bagi penggunanya. Tentu kita bisa saja menggunakan internet sebagai representasi diri kita di dunia nyata, dan mungkin itulah fungsi awal dan umumnya. Namun juga, tidak ada yang bisa menghentikan dan melarang kita untuk menampilkan persona yang sejatinya bukan diri kita yang asli. Ini membuat banyak orang merasa aman saat menggunakan internet meskipun mereka menggunakannya tanpa etika. Rasa aman ini ada karena mereka yakin apa yang mereka lakukan di internet tidak akan dikaitkan kepada kehidupan mereka diluar internet, kehidupan asli mereka. Tidak perlu jauh-jauh melihat orang-orang yang melakukan tindakan ilegal seperti cybercrime dan lain-lain, nyatanya banyak interaksi di sosial media yang kita gunakan sehari-hari yang tidak sesuai dengan moral saat berinteraksi dengan orang lain yang tidak dikenal. Mungkin ini juga salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang sopan santun dan ramah, dan disaat bersamaan dinobatkan sebagai pengguna sosial media atau netizen paling tidak sopan di dunia berdasarkan laporan Digital Civility Index yang dilakukan oleh Microsoft 2020 hingga 2021 lalu.

. . .

Tentu saja masih banyak lagi masalah etika yang sayangnya semakin tenggelam ditengah perkembangan teknologi yang sangat pesat. Banyak pihak-pihak yang sangat mementingkan kemajuan teknologi, namun tidak memedulikan dampak yang bersinggungan dengan etika. Tentunya tidak semua dampak yang diberikan teknologi kepada etika merupakan dampak yang buruk. Secara tidak langsung, teknologi mengarahkan dunia ke arah yang penuh kedamaian seperti sekarang. Juan Enriquez juga menyatakan saat konferensi TED, bahwa perubahan standar etika ini sudah terjadi jauh lebih lama dari yang kita kira. Sebagai salah satu contoh, perbudakan merupakan suatu hal yang normal dan dapat diterima selama beribu-ribu tahun, namun seiring berjalannya waktu, perbudakan dianggap sebagai suatu bentuk pelanggaran etika. Ini membuktikan bahwa perubahan etika ini bukan hanya terjadi karena teknologi, perubahan terjadi karena perubahan dalam kemanusiaan, teknologi hanya mempercepat dan memperbesar terjadinya perubahan tersebut. Mengetahui hal ini, siapa yang tau apa arti etika di masa yang akan datang. Melihat seberapa cepatnya perkembangan teknologi, makna etika mungkin saja akan berubah kembali hanya dalam waktu 5-10 tahun mendatang.

Tanpa perlu dipertanyakan, teknologi merupakan sebuah keajaiban yang telah dibuat nyata oleh manusia, dan telah membantu manusia semenjak ditemukan dan akan terus membantu manusia hingga masa depan. Namun tentu saja semua hal perlu kebijaksanaan dalam penggunaannya, begitu pula dengan teknologi. Banyak orang yang mengatakan bila teknologi terus dikembangkan, maka teknologi akan menguasai umat manusia, namun bila kita meletakan etika kemanusiaan diatas etika teknologi, maka hal itu dapat kita hindari dan umat manusia akan tetap berlanjut selama umat manusia akan berlanjut. Karena itu, sebagai mahasiswa Telkom University, perguruan tinggi yang mengedepankan perkembangan teknologi dan informasi tanpa melupakan etika, saya bangga. Dengan budaya HEI (Harmony, Exellence, Integrity) Telkom University dapat menjaga dan membentuk keluarga Telkom University yang senantiasa mengedepankan etika dalam melakukan tindakan. Jadi, ayo #RaihMasaDepanmu bersama Telkom University.

Referensi :

https://tedxjohannesburg.medium.com/juan-enriquez-on-right-and-wrong-and-how-technology-transforms-our-ethics-dfb74ad64014

https://indonesiabaik.id/infografis/benarkah-netizen-indonesia-paling-tak-sopan-se-asia


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *